November 19, 2009

Kisah yang tak terduga (1)

Sekelumit kepahitan tengah mendera jiwa. Kepahitan itu datang secara bertubi-tubi memaksa raga terjerembab ke titik terendah. Layaknya orang yang kehilangan arah, rasa sayu berlaksa-laksa menggerogoti jiwa.

Sayup terdengar percakapan dua orang yakni seorang pria muda dan seorang ibu. Mereka tampak bercengkrama dengan akrabnya. Walau tidak jelas terdengar, namun sepertinya aku sangat akrab dengan bahasa yang mereka gunakan.

Baris-baris kalimat yang terucap bisa kumengerti meski terdengar sepotong-sepotong. Tak lama setelah itu, seorang wanita muda datang menghampiri. Mereka bertiga terlihat sangat akrab layaknya keluarga. Mereka pun berlalu, membangunkan aku dari teka-teki rasa penasaranku.

Aku pastikan, diriku pernah melihat wanita muda itu. Tapi sulit sekali untuk memastikan kapan dan dimana aku melihatnya, hingga aku tersadar bahwa aku dan dia bekerja di tempat yang sama. Hanya saja, ruang kerja yang berbeda membuatku tidak pernah berinteraksi dengan dirinya.

Terpicu oleh rasa ingin tahu, akupun berusaha untuk mencari tahu siapa dia sebenarnya. Mengapa sepertinya dia dan dua orang yang bersamanya itu bisa berbahasa seperti bahasa yang biasa aku pakai sejak masih kecil.

Rasa penasaran itu terjawab sudah saat aku menemukan sebuah data penting soal siapa dirinya. Sepenggal kata di belakang namanya memberiku sebuah kepastian bahwa aku dan dia berasal dari daerah yang sama. Wajar kiranya jika mereka juga bisa berkata-kata seperti bahasa yang dulu sering aku ucapkan.

Dari data penting itu pula aku mencoba mencari tahu lebih jauh soal dirinya dari sebuah situs jejaring sosial di dunia maya. Betapa tolonya diriku, kenapa diriku sama sekali tidak tahu keberadaannya padahal dia sudah bekerja di tempatku bekerja lebih dari sebulan.

Padahal itu biasanya menjadi sebuah aib dalam adat yang kupegang teguh jika dua orang dari suku yang sama tidak pernah saling bertegur sapa.(Bersambung)

No comments: