December 11, 2007

Pedang dibalik pujian

'Sang nabi' Kahlil Gibran pernah berucap "Jika cinta datang kepadamu, ikutlah denganya, walaupun pedang yang tersembunyi di balik sayap itu akan menusukmu.........."

Lantas bagaimana dengan pujian? Saya berasumsi bahwa pujian juga bisa diibaratkan sama dengan pedang. Logikanya, ketika anda mendapat pujian, suatu konsekuensi lainnya telah menunggu di depan anda. Saat kita dipuji oleh orang lain, seringkali hal itu membuat kita menjadi sombong, terbuai, terjerembab dan menjadi lupa daratan.

Justru di saat-saat seperti itulah kondisi kita menjadi begitu rentan. Saat kesombongan sudah meraja, maka yakinlah akal sehat perlahan bakal meredup sedikit demi sedikit. Sekali kita sudah berada di puncak, ketika jatuh, sakitnya sungguh-sungguh berlipat ganda.

Selain itu, pujian juga menuntut kita untuk tampil lebih baik di banding dengan sebelumnya. Dipuji, harus lebih baik lagi,.......dipuji, harus lebih baik lagi,.....begitu seterusnya. Sampai kita mencapai suatu titik jenuh dan merasa muak dengan segala sesuatu yang ada.

Jangan pernah bangga dengan pujian walaupun banyak orang yang gila akan pujian. Pujian itu adalah pedang, yang siap menebas tuannya sendiri, ketika si tuan sudah tidak merasa awas lagi. Boleh jadi pujian itu adalah awal dari petaka. Pujian bukanlah cinta, jadi jangan pernah terbuai dan mengikutinya, karena pedang itu bakal terhunus di tubuhmu.

Lebih baik menjalani semuanya dengan senang hati, dan berkatalah dalam hati, semuanya bukanlah karena kemampuan individu semata. Ada banyak faktor terkait di sana, terutama faktor X yang merupakan buah dari kemurahan hati sang Pencipta.

No comments: