July 12, 2016

Selendang



Selendang.... ya hanya sehelai selendang yang kebetulan saya desain sendiri. Desain ini merupakan ciri khas dari beberapa ornamen Karo yang saya kombinasikan menjadi satu. Ornamen tersebut dinamakan motif kurung tendi dan pengretret. Makna kedua ornamen/motif tersebut adalah sebagai penolak bala.



Tapi yang saya ceritakan di sini bukanlah tentang selendang ini melainkan sebuah kisah beberapa saat kemudian. Setelah memotret selendang tersebut saya lalu keluar kamar menuju galeri istri yang berada di bagian depan rumah untuk mengambil manekin.

Rencananya manekin tersebut dipakai untuk meletakkan selendang sebagai pelengkap foto agar terlihat lebih atraktif. Produk baru galeri istri saya tersebut rencanaya bakal ditampilkan terlebih dahulu di instagram untuk melihat bagaima respon para pelanggan.

Baru beberapa detik mengambil manekin, saya mendengar jeritan istri saya dari dalam kamar. Karuan saja saya langsung berlari sambil menenteng manekin ke arah suara. "Ada flek bang" jerit istri saya. Saya langsung panik dan tak tahu harus berbuat apa.

Dua kali mengalami kegagalan dalam proses yang sama membuat kekhawatiran saya menjadi berlipat. Bahkan saya sempat berpikir mungkin kali ini pun rezeki belum diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya panik, khawatir, lemas, linglung dan bingung.

Untunglah ada mertua yang memang bekerja di bidang medis dan langsung menenangkan kami berdua. Beliau langsung menelpon dokter dan segera menuliskan resep yang diperlukan. Tapi obat yang direkomendasikan bukanlah obat yang gampang dicari di apotek. Kami harus berkeliling ke beberapa apotek dulu baru bisa mendapatkan obat yang dimaksud.

Meskipun obat sudah diminum tetapi kekhawatiran kami belum sirna. Bayangan ketika tahun lalu kami check up ke dokter terus membayangi. Saat itu sebenarnya hanya jadwal rutin. Betapa kagetnya kami termasuk dokter ketika hasil USG menunjukkan denyut jantung janin yang hampir berusia enam bulan sudah tak ada. Seketika tangis istri saya membuncah tak tertahankan. Saya mencoba menenangkannya tapi tak berhasil.

Istri saya kembali berbaring di dipan periksa dokter yang sama seperti tahun lalu. Kami berdua cemas dan gugup. Kecemasan kami makin menjadi-jadi karena USG lewat perut tak berhasil. Dokter mengatakan posisi janin tak kelihatan. Akhirnya dokter memutuskan USG lewat bawah. Puji Tuhan, ternyata janinnya tidak apa-apa. Bahkan detak jantungnya pun sudah normal, tidak seperti dua minggu sebelumnya yang menurut dokter peluangnya masih 50-50.

Mukjizat yang luar biasa bagi kami. Akhirnya kami pun bisa pulang dengan tenang ke rumah. Terima kasih buat mukjizat dan penyertaanMu ya Tuhan....


No comments: