Konsep ini menyesuaikan tema prewedding yang sebelumnya sudah dirancang. Sebisa mungkin formalitas dihindari karena memang enggak suka sejak awal. Undangannya dibuat dalam dua versi yakni undangan adat dan undangan biasa.
Undangan adat memang cukup bikin pusing. Selama ini yang saya lihat, undangan adat Karo cenderung monoton dan itu-itu saja. Di halaman depan biasanya yang harus ada foto gereja, uis beka buluh, peralatan makan sirih dan jambur. Sedangkan di halaman belakang pakemnya adalah ucapanan terima kasih dan ayat-ayat kitab suci.
Nah, terpikirlah konsep undangan adat yang lebih kasual yang diharapkan tidak menimbulkan pandangan negatif orang yang membacanya. Agar sentuhan kasualnya terasa, sengaja undangannya dicetak di Jogja karena di Medan pastilah gayanya cenderung sama dengan yang sudah ada. Hasilnya seperti ini
Untuk undangan yang biasa, konsepnya kita buat seperti paspor. Ukurannya mungil, tapi agak tebal karena pakai hard cover. Warna yang dipilih hijau tua. Halaman depan dan belakang tak banyak embel-embel. Cuma, untuk halaman dalam, kita selipkan dua foto prewedding. Nih hasilnya:
No comments:
Post a Comment